Bahkan, baru-baru ini seorang pria dari US, yang bernama Jason M. Allen, memenangkan kompetisi digital art di Colorado State Fair Fine Arts dengan menggunakan gambar yang dihasilkan oleh Midjourney. Tentu saja hal ini menimbulkan banyak kontra di jagat internet. Beberapa komentar yang terlihat di media sosial Twitter, menganggap bahwa hal ini sangat merugikan bagi artist yang berjuang keras untuk menghasilkan karya terbaik, namun pada akhirnya kalah oleh mesin/program. Namun Allen sendiri membela diri dengan mengatakan bahwa proses manual yang dilakukan untuk memoles gambar hasil AI tersebut yang membuat dia memenangkan kompetisi.
Terlepas dari kontroversi diatas, mari kita membahas permasalahan yang mungkin akan muncul di masa depan. Akankah AI menggantikan peran artist di masa depan? Mungkin buat kamu yang saat ini menekuni bidang desain digital, ataupun berencana untuk belajar desain digital, merasa sedikit terancam dengan kemajuan teknologi AI saat ini. Menurut saya itu merupakan hal yang wajar, mengingat pesatnya perkembangan teknologi AI saat ini, bukan tidak mungkin pekerjaan seorang artist akan tergantikan oleh AI kelak.
Namun untuk sekarang ini, saya sendiri merasakan bahwa AI belum dapat dibilang menggantikan peran artist dalam menghasilkan sebuah gambar. Setelah menggunakan Midjourney, ada beberapa kekurangan yang saya rasa hanya dapat dihasilkan melalui tangan seorang artist. Beberapa kekurangan tersebut adalah:
1. Gambar yang dihasilkan tidak memiliki "Soul"
Saya sendiri bukan seorang artist, atau veteran dalam menilai sebuah karya seni. Tapi ketika melihat sebuah gambar, terkadang kita bisa merasakan ada sesuatu yang disampaikan oleh gambar tersebut. AI memang menghasilkan berbagai gambar digital yang menakjubkan, tapi itu saja tidak cukup. Gambar yang memiliki emosi, cerita, pesan, adalah hasil karya seorang artist yang menurut saya tak bisa dihasilkan oleh sebuah mesin.
2. AI tidak bisa memiliki ciri khas seorang artist
Meskipun kita bisa memasukkan perintah untuk menghasilkan gambar menurut gaya seorang artist tertentu pada AI, hasil nya hanya akan mirip dengan gaya artist tersebut. Akan ada beberapa detail yang terlewatkan oleh mesin AI. Kita tahu bahwa AI mengumpulkan dan menyusun data yang ada untuk menghasilkan sebuah gambar, walaupun mungkin dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi, saya rasa AI tidak mampu menyerupai ciri khas original seorang artist.
3. Detail AI masih cenderung "flat"
Berdasarkan pengamatan saya, gambar-gambar menakjubkan yang dihasilkan oleh AI kebanyakan berkesan unreal atau out of the world. Untuk gambar yang bertema real life atau memerlukan detail tertentu seperti wajah manusia atau hewan, terasa kurang di bagian detailnya. Sebagus-bagusnya penggambaran wajah yang dilakukan oleh AI, saya sendiri masih merasa bahwa gambar yang dihasilkan masih terlalu "flat". Saya sendiri belum mencoba menggunakan AI untuk menghasilkan gambar manusia dalam berbagai ekspresi seperti tertawa atau menangis, tapi untuk portrait tanpa ekspresi yang sudah saya coba pun masih terasa belum memuaskan.
4. AI tidak menghasilkan style baru
Saya kurang tahu apa tepat penggunaan kata "style" disini atau tidak. Ketika kita melihat ke masa lalu, rata-rata hasil karya dalam gambar umumnya adalah lukisan-lukisan yang seperti karya Leonardo Da Vinci, Pablo Picasso, dan lain-lain. Karya pada jaman itu bisa kita golongkan dalam satu genre atau style. Dan sekarang ini, ada sangat banyak style dalam karya digital, ambil saja contohnya seperti futuristik, steampunk, dan lain-lain. Dengan adanya evolusi yang dilakukan artist dalam karya-karya nya, gambar yang dulunya hanya berkesan serius dan kaku, sekarang kita bisa lihat berbagai pilihan style yang muncul melalui kreativitas seorang artist. Untuk saat ini AI hanya menghasilkan gambar dengan mengumpulkan data dari style yang sudah ada, ibaratnya hanya meracik ulang dan menghasilkan gambar baru, tapi tidak menciptakan style atau genre yang baru dalam karya digital. Tidak akan ada gebrakan "AI-Style" yang tercipta oleh AI.
Kesimpulan
Pada intinya, walaupun AI akan mampu menggantikan peran artist dan mengurangi lapangan pekerjaan sebagian artist, tapi untuk mengambil alih seluruh peran artist di dunia seni tidak akan bisa. Seni adalah sebuah karya yang memiliki jiwa, emosi dan pesan yang disampaikan melalui karya tersebut. Dan saya rasa hal itu tak bisa dihasilkan oleh AI. Jika pada akhirnya suatu saat kelak manusia bisa mengembangkan AI yang memiliki emosi, saya rasa saat itu kita tak sempat memikirkan ancaman pada karya seni, namun ancaman pada hal yang lebih berbahaya.
Keberadaan AI juga bisa dibilang membantu para artist dalam mengembangkan kreativitas. Ketika menghadapi kebuntuan, AI bisa membantu untuk menghasilkan ide baru bagi para artist. Dan percayalah, andaikan AI menguasai pasar desain pun, akan selalu ada pasar untuk karya buatan tangan, dan tentunya harga sebuah karya buatan tangan pun akan meningkat tinggi.
Terlepas dari semua itu, untuk saat ini saya rasa AI hanyalah sebagai pendukung, bukan pengganti. Sebagai artist, mungkin kamu bisa manfaatkan AI untuk ide-ide baru, atau menggunakan AI untuk mengembangkan ciri khas karya mu sendiri.
0 Komentar:
Posting Komentar
Comment